Rabu, 28 Oktober 2009

aku tidak mencari.
tapi aku menunggu seseorang yang bs nerima aku apa adanya.


aku yakin!
di bawah langit luas ini, disuatu tempat, ada seseorang yang benar-benar ditakdirkan untukku...

Jumat, 23 Oktober 2009

sahabat itu bukan matematika yang bisa dihitung nilainya...
bukan ekonomi yang mengharapakan materi...
bukan PKN yang dituntut undang-undang...
tetapi sahabat adalah sejarah yang dapat dikenang sepanjang masa...

Kamis, 22 Oktober 2009

the power of putih abu-abu!!!

Catatan 26 September 2009, My seventeenth b’day…


Malam ini sambil masih berbalut mukena selepas tadarus, aku terdiam lalu memejamkan mata. Ketika itu, sekelumit memori perjalanan hidupku selama hampir tiga tahun di SMANIS melintas lambat...

Di usiaku yang ke 17, aku baru menyadari betapa putih dan abu-abunya duniaku. Semua masih putih. Seputih tingkah polosku yang baru bisa melihat apa saja yang baru. Dunia seabu-abu seragamku yang tidak bisa dibilang hitam karena aku baru saja melihat dan mengenal sesuatu yang menentukan akan kemana jalan kehidupan membawaku, bukan oleh orang lain, tapi oleh diriku sendiri...



Aku flashback ke masa dua tahun yang lalu..


Di kelas X6 itulah aku menjalani masa dimana banyak sesuatu yang baru aku kenal. Persahabatan, cinta, dan tawa.

Aku ingin merasakan lagi betapa dingin dan sejiknya jam 06.15 pagi kalau aku datang pagi-pagi buat nyontek PR Matematika Pak Sugeng, ngherasain lagi nge-blanknya pelajaran fisika Bu Endang, atau aku yang main surat-suratan sama temen sekelas waktyu pelajaran biologi Bu Turini. Juga ingetaku dan teman-teman yang rajin ke perpus, rahmat yang sering ngajarin kami pelajaran MIPA, duduk-duduk di bawah pohon rindang X6 sambil ketawa-ketawa, aku dan temen-temen yang pernah tersesat di plered tapi masih sempet foto-foto, dan masih banyak lagi kenangan manis lainnya...


Sella, opi, tia, sa’diyah, mila, mamat,dan semua sahabatku...

Waktu baru deket sama mereka, aku menilai mereka itu sebagai potret manusia yang kadang menjadi tauladan, tapi kadang ajaib-ajaib, pinter-pinter, asik-asik, dan saya suka banget sama mereka! Sampe kamana-mana kami bercanda sambil nyengir kaya bokir,he.. punya hayalan tingkat tinggi yang konyol dan ga bisa dimengerti sama orang lain, sampe kehilangan wibawa di mata temen-temen lain...ancur dec!he..

Kami juga punya masa-masa kelabu yang bikin sesaat kami sesak untuk menghirup udara diantara temen-temen kelas. Yaahh..maklum lah, kami kan selebriti kelas, pantes aja digosipin yang enggak-enggak. He.. Lupain!! Sekarang semua itu Cuma jadi bumbu pedas buat meramaikan rasa kenangan kami di kelas X.



Kelas XI yang baru aja kita lewatin...


Identik sama tangga nada tempat aku dan temen-temen foto-foto sambil bercanda. Masih jelas diingatanku, kami(aku, sella, opi, tia, sadiyah, rahmat, adi, faizal, dkk) stress abis remid kimia dan ga tau mau ngapain sampe akhirnya punya ide gila buat main toklean. Kaya anak SD aja!!


Buatku, kelas XI penuh dengan pengalaman baru yang ga akan pernah bisa aku dapatkan dimanapun, kapanpun...


Aku ingat ini sambil nyengir-nyengir. Hehe..

Inget waktu aku hampir nangis di depan ibu karena ga mau ikut ilompiade fisika. Tapi akhirnya di depan pa dedi bilang ”iya” juga. Bayangin, otak pas-pasan dan kadang ga pede sama kemampuan diri harus berhadapan sama soal-soal essay fisika! Tapi kalo kata mariah carrey, There can be miracle when u believe... aku bisa masuk peringkat kedelapan. Alhamdulillah, pencapaian yang ga pernah masuk dalam prediksiku dan sekaligus merubah imageku sama fisika, yang tadinya horor jadi menyenangkan! Intinya sih, kita bisa kalo kita percaya kita mampu. Dan perlu temen-temen tahu, ga ada hal sekecil apapun terjadi karena kebetulan. Dan sampe saat ini, impact dari olim itu masih aku rasakan, aku jadi suka fisika, walaupun ga jago!!heee...



Buat nindy sahabatku dari SMP(temen yang kalo udah kumpul jadi sama-sama gila..he)..


Kami punya banyak kenangan buruk tentang lomba debat b.Inggris yang akhirnya tergantikan dengan kenangan manis yang ga kan kami lupakan di kelas XI.


Semua kenangan buruk numpuk di otak kami dan berlabelkan STAIN.


Dan kami(saya, nindi, indra) telah melawan orang-orang cerdas dan mendapat kritikan demi kritikan dari orang-orang pintar hanya berbekal keberanian. Tapi selangkahpun kami tak mundur, tak pernah! Walau kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi.


Sehari sebelum lomba di STAIN,

Malam itu, dibawah payung yang kami pakai untuk melindungi diri dari hujan yang masih rintik-rintik, kami berjalan menuju rumah indra untuk melengkapi data motion. Tidak peduli dinginnya angin malam menusuk hingga ke tulang rusuk. Dalam perjalanan berbecek-becekan itu, aku dan nindy punya dejavu atau kenangan masa lalu.

Setahun sebelumnya kami pernah merasakan hal ini dengan tujuan yang sama(mencari data motion). Waktu kelas X aku dan nindy datang ke rumah ka’riki. Kami tahu, kami berdua adalah gadis polos yang bisanya cuma ngerepotin. Padahal kami tahu malam itu ka’riki lagi belajar. Tapi kami benar-benar ga tahu harus minta tolong sama siapa lagi (Hee..makasih ka!^_^).


Kembali ke perjalanan kami ke rumah indra.

Fisik kami memang sudah lelah. Tapi semangat yang ada dalam hati menjadi bahan bakar yang memberikan energi pada sel-sel otakku untuk terus bekerja. Finally, 16 dari 20 motion udah selesai kami buat argumennya lengkap dengan positif dan negatif. Besoknya, kami siap menghadapi lawan. Meski tak tau dihadapan kami ada batu besar yang menghalangi untuk bisa menjadi juara. Tapi, siap atau tidak hadapi!


Hari pertama lomba,

Kami mendapat kenyataan pahit bahwa motion yang kami dapat termasuk 4 dari 20 motion yang belum kami persiapkan. Belum ada data sama sekali. ”THBT Government in Developing Countries Should Invest In Sex Tourism”. Lawan kami dari Khusnul khatimah, dan Alhamdulillah kami menang… Pulangnya hari udah siang bgt. Saatnya perut menuntut haknya. Tapi dikantongku ga ada uang sama sekali karna paginya aku lupa bawa. Niatnya sih mau pinjam ke nindy, tapi dengan lemesnya dia bilang kalo ga bawa uang juga. Parah!! Sampe akhirnya kita cuma duduk liatin indra makan mie ayam. Setiap kami dengar bunyi ”SHRLUUUP..”
kalo indra nyeruput mie, dangdut di perut kita makin berkumandang keras. Sediiih bgt kalo inget aku dan nindy yang nelangsa gitu. Heee..


Hari kedua lomba,

Pihak STAIN menghubungi kami bahwa nilai kami masih memenuhi untuk lanjut ke pertandingan selanjutnya. Waktu itu case building baru akan dimulai. Sayangnya, ga ada guru yang bisa mengantar. Sampai-sampai kami ke STAIN naik motor. Indra sama nindy, aku sama adit, melaju membelah angin siang kota cirebon yang panas untuk mengejar waktu. Sampai di STAIN, badan masih lemes karna ngebut tadi, kami masih harus naik tangga ke tempat lomba. Lawan kami dari SMK 2 Kuningan sudah menanti di ruang case building. Dan kami harus menelan pahit yang sama, lagi-lagi motionnya ga sesuai harapan. Parahnya, kami ga ngerti maksud dari motion ini, ”THW use reverses burden of proof system in environment dertruction cases”. Tapi anehnya kertas HVS yang panitia kasih buat nulis argumen, penuh aku isi. Sampai tiba saat bertempur dengan lawan kami baru sadar kalo argumen kami sama dengan lawan. Kami salah mengartikan motion itu!! Dan aku 3td speaker, baru sadar hal itu beberapa detik sebelum giliran aku maju. Dalam kurun waktu beberapa detik itu indra bilang ”Argumen kita sama!” seketika itu semuanya seperti slow motion. Penyakit demam panggungku kambuh lagi. Keringet dingin ngucur..cuurr...hee..tapi indra pelan-pelan menjelaskan apa yang harus aku sampaikan. Dan jujur saja, sampai saat ini aku masih ga mengerti apa yang aku bicarakan selama 6 menit di hadapan lawan2ku, juri2, Ibu Widia, Ibu Ria, dan waktu itu ada Teh Suci kakak kelasku. Tentu kami kalah hari itu.. ”Sudah jatuh tertimpa tangga pula” pepatah yang pas bgt buat menggambarkan indra. Sudah kalah, Hpnya hilang juga di STAIN. Tempat itu jadi kaya tempat terkutuk buat kami!! Pulangnya, setelah nindy diantar sampai pasar sumber, aku dibawa muter sumber sama indra dan adit. Pengen ngilanngin stress dulu, katanya. Sialnya, aku ga berani bilang ke adit kalo kaki ku keram selama naik motor. Hee.. lagian aku ga mau egois dengan minta cepet dianterin ke skul. Kasian juga sih, mungkin indra lagi pusing..heee.. pulangnya kakiku bener-bener lemes. Kepala juga pusing inget kritikan juri. Tapi aku masih sempet ikut tambahan b.inggris di skul dengan semangatnya.


Hari ketiga lomba,

Alhamdulillah ternyata nilai kami ga jelek2 amat. Buktinya masih punya kesempatan buat tanding lagi. Waktu itu aku tidak berpikir akan menang atau kalah lagi. Yang ada di benakku hanya senang karna bisa debat lagi. Sesederhana itu... tapi lagi-lagi kami ada di posisi yang buruk. Kami mulai merasa ada ketidak adilan. Pihak STAIN baru memberi tahu sekolah saat case building sudah dimulai. Betapa nervousnya kami sampai di STAIN lawan kami dari SMANSA. Motionnya, ” THBT Current Government Should Provide Public Apology Offer Their Previous Government Clime Againts Humanity”. Wiihh…berat! Dan lagi-lagi kami cuma punya bekal keberanian. Tanpa data dan solusi baik yang terpikir di otak kami. Kami dikritik habis-habisan oleh lawan dan juri. Jelas kami kalah talak sama SMANSA. But its okey! Kami tetap menjadi orang yang kuat. Karen aorang yang kuat buka mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh


Lomba di ranggajati,

Kami tak surut. Cita-cita yang telah lama terpatri lama itu tak boleh gagal begitu saja. Sekaranglah saat mewujudkannya, in our last chance, right now, right here… setiap mau lomba, pagi-pagi kami (aku dan nindy) shalat dhuha di masjid dekat ranggajati. Dari situ aku bisa membuktikan satu falsafah hidup yang aku dapat dari Ibu, “Jika kita berdoa dengan sungguh-sungguh pada waktu semua orang sibuk dengan hal duniawi(wkt dhuha) atau saat semua orang tertidur(wkt tahajud), Insya Alla doa kita terkabul.” Ga disangka, keadaan berbalik 180 derajat dari waktu kami di STAIN. Banyak kemudahan yang kami dapat. Dari mulai kami yang selkalu terhindar dari motion yang susah sampe kami yang langsung masuk babak semi tanpa harus tanding dulu. Disinilah cita-cita kami tercapai. Bahkan Allah memberikan yang lebih dari yang kami minta, masing-masing dari kami merasakan jadi best speaker.

Aku berharap adik-adik kelasku mau terus belajar. Jangan ada kata ”ah, saya ga akan bisa krn ga pinter b.inggris” atau ” saya ga biasa tampil depan umum”. Aku yang dari TK pobia tampil depan umum (yang sekarang entah dapet kekuatan dari mana) aja bisa!

Satu hal yang harus diinget ketika teman-teman maju untuk bertanding dengan lawan, jangan berpikir untuk menjadi pemenang, tapi berpikirlah untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri kita....



Sekarang aku memasuki tahun ketigadi kelas XII.


Tahun dimana sebentar lagi akan meraih garis finish SMA.


Juga tahun dimana aku akan meninggalkan semua hal konyol, semua hayalan tingkat tinggi, ketawa-ketawa bego, foto-foto bareng temen-temen, dan SMANIS...


SMANIS itu buka sekedar tempat aku meningkatkan intelektualitas aja. Lebih dari itu, SMANIS adalah tempat aku belajar mengenal jati diriku, sahabat, cinta, tawa, mimpi, perjuangan, doa, dan kebersamaan...

Suatu saat nanti aku akan kangen denga semua hal yang aku alami di SMA. Kangen sama kantin, perpus, lorong sekola, bekas kelasku, berisiknya jam istirahat, ngantuknya pelajaran sejarah, dan para pahlawa tanpa tanda jasa di sekolahku tercinta.


Orang tua, guru, dan sahabat adalah instrumen terpenting dalam kehidupanku. Mereka adalah orang-orang yang selalu mendukung kemanapun aku melangkah. Jika aku jatuh, mereka jugalah yang akan membantuku untuk bangun dan kembali melangkahkan kaki di medan kehidupan...


Jika dianalogikan, di hadapanku ada jalan berkabut tebal yang harus aku lalui. Sekeliling jalan itu hanya ada putih. Aku tak tahu apa yang menanti di hadapanku. Tak ada satupun penunjuk arah sehingga aku bimbang, harus lurus, belok kanan, atau kira?? Namun semua arah tak terlihat ujungnya. Apakah akan ada kerikil tajam yang membuatku sulit berjalan, atau akan ada pepohonan yang buahnya bisa aku petik yang menaungi langkahku?

Artinya, saat ini aku berada pada titik dimana kehidupanku penuh dengan pilihan. Jika aku mengambil satu keputusan dalam hidup, aku tidak tahu apa yang direncanakan Allah untukku. Apakah akan ada banyak kesulitan, atau kemudahan? Namun apapun yang menanti di hadapanku, siap atau tidak harus dihadapi! Karena kita tidak bisa menghindar dari jalan berliku yang sudah Allah ukir untuk kita lalui. Dan melangkahkan kaki di kelas tiga, artinya aku siap menapaki lorong kehidupanku yang lebih dewasa...


Sahabat...


Kita harus bersama-sama berdoa dan berusaha.


Because we are the champion of the world.

So, we’ll keep on fighting till the end…!!